Nama :
Vebrian Noviasari
NIM :
201210370311299
Kelas :
3B
Mata Kuliah : Ilmu Kealaman Dasar
Dosen :
Tatak Mutaqin, M. Sc
Jurusan :
Teknik Informatika
Tugas : Review kuliah IKD (minimal 5 halaman) ditambah
dengan literatur berkaitan dengan bahan perkuliahan.
Manusia adalah makhluk
yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya
karena memiliki akal dan pikiran. Tetapi, akal tidak mampu berjalan sendiri
tanpa adanya alat indera, karena alat indera merupakan sumber utama dalam
mencari ilmu. Kedua hal ini saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Karena jika
tidak ada akal, maka apa yang kita tangkap melalui indera tidak mampu dijadikan
sebagai sebuah pedoman. Sedangkan tanpa indera, akal tidak mampu bekerja untuk
berpikir karena tidak ada yang kita ketahui. Inilah alasan mengapa Allah
memberikan indera dan akal kepada manusia sebagai penunjang kehidupan mereka.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan adalah hasil olah dari panca indera, yaitu dari yang kita
lihat, dengar, dan rasakan sehingga dapat menjadi pengalaman dan akan menjadi
ilmu jika memiliki sifat-sifat berikut:
·
Diakui secara universal
·
Harus memiliki keteraturan (tersusun
secara sistematis)
·
Kebenaran dalam ilmu bersifat relatif
(tidak absolut)
·
Terbuka
Kemampuan panca indera manusia juga memiliki
keterbatasan, yaitu:
1. Penglihatan
a. Mata telanjang sulit mendeteksi jenis gerak
yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
b. Mata kita dapat memisahkan suatu pandangan lain
lebih sering dari 10 x dalam satu detik.
c. Kisaran penglihatan sangat terbatas pada ukuran
partikel dan jarak penglihatan.
d. Mata manusia tidak dapat memisahkan
komponen-komponen warna.
2. Pendengaran
Telinga manusia cukup peka terhadap
gelombang suara berfrekuensi antara 16 sampai
20.000
hertz per detik. Getaran diatas dan dibawah frekuensi itu sangat sukar sekali
untuk dideteksi.
3. Pengecapan dan Pembauan
Pengecapan dan
pembauan merupakan penginderaan yang bersifat kimia, terbatas dalam kisaran
tertentu, dan tidak tergantung pada bantuan yang bersifat mekanis.
4. Penginderaan Kulit
Indera ini dapat
membedakan panas, dingin, dan tekanan secara relatif serta dapat mengukur panas
secara kasar. Indera peraba tidak dapat membuat observasi secara eksak.
5. Penginderaan Dalam (Deep Sensibility)
Penginderaan dalam
termasuk beberapa indera, misalnya penginderaan otot daging dan sendi maupun
penginderaan statis dan keseimbangan. Dengan penginderaan tersebut, manusia
memiliki keterbatasan-keterbatasan untuk memperkirakan arah, jarak, bobot, dan
tekanan, atau untuk mempertahankan keseimbangannya sehingga memberikan
informasi yang keliru atau menghasilkan salah kesan dalam kondisi tertentu.
6. Peningkatan Daya Penginderaan
Untuk meningkatkan
daya observasi atau penginderaan, dapat dilakukan dengan:
a)
Latihan
b)
Kewaspadaan
perlu ditingkatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh
c)
Instrumen
harus dikalibrasi
d)
Pengecekan
merupakan cara yang paling berhasil untuk menghilangkan kekeliruan-kekeliruan
dalam pengamatan
e)
Eksperimen
adalah penginderaan dalam kondisi yang dikontrol
f)
Penginderaan
meliputi analisis dan sintesis
g)
Instrumen
baru memungkinkan penginderaan baru
h)
Pengukuran
merupakan keterampilan tersendiri
Kaum idealis meyakini
bahwa pengetahuan sesungguhnya adalah hasil atau produk akal, karena akal merupakan
seuatu kemampuan melihat secara tajam bentuk-bentuk spritual murni dari sesuatu
yang melampau bentuk materialnya. Pengetahuan yang dihasilkan indera tidak akan
pernah menjadi pengetahuan yang hakiki atau sebenarnya tanpa pernah membiarkan
akalnya untuk menyusun pengetahuan yang memadai tentang apa yang dirasakan indera
tersebut.
Menurut kaum idealis,
pengetahuan adalah suatu bagian dari pemikiran manusia yang dikategorisasikan
melalui alam yang objektif, yang mana itu ditangkap oleh indra manusia. Oleh
karena itu, objek pengetahuan haruslah melalui idea-idea yang seluruh
koneksitasnya bersifat sistematis.
Sedangkan ilmuwan yang
lain seperti Plato menempatkan konsep “the
idea of the good” ini sebagai sesuatu yang sangat penting dan strategis
dalam mengembangkan proses pendidikan. Ajaran filsafat Plato tentang idea
memberikan keyakinan bahwa idea dapat meningkatkan kemampuan rasio manusia.
Idea memiliki hubungan langsung dengan putusan-putusan rasio yang mengarah pada
pembentukan sikap.
Plato juga sependapat
dengan gurunya Socrates yang mengatakan bahwa pengetahuan yang diterima melalui
panca indera mesti selalu berada pada ketidakpastian. Hal ini dikarenakan dunia
materi hanyalah pantulan dari being yang lebih sempurna dan dalam realitasnya
selalu tidak mencerminkan seluruh dari substansi yang sesungguhnya. Gambaran
asli dari dunia idea manusia hanya dapat dipotret oleh jiwa murniya yang dalam
banyak hal berkenaan dengan intelek manusia.
Idealisme berkeyakinan
bahwa realitas sejati adalah dunia ruhaniah, bukan yang materi. Dengan kata
lain bahwa yang hakiki adalah idea bukanlah panca indra. Apapun yang ditangkap
oleh panca indra baik itu yang dilihat, diraba, dirasa, dan dicium , itu
hanyalah sebatas itu saja. Sesuatu yang jelas dan pasti ialah apa yang berada
dalam dunia idea.
Alam dalam pandangan
idealisme adalah gambaran dari dunia idea, karena posisinya tidak tetap.
Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli yang memiliki
watak asli dan konstan.
Berdasarkan ini semua,
maka akhirnya Plato menyimpulkan bahwa pengetahuan berada dalam dua tingkatan,
yaitu hipotesis dan kepastian absolut. Plato berpendapat, bahwa pengetahuan
adalah kesadaran dunia idea manusia bahwa pengetahuan yang diajukan dan
kesadarannya memiliki hubungan sistematis dengan keseluruhan ideanya tentang
kebaikan yang mutlak sebagai prinsip tertinggi dalam kehidupan manusia.
Kebenaran adalah
persesuaian antara pengetahuan terhadap objeknya. Misalnya ada sebuah
pernyataan bahwa roda sebuah mobil berbentuk segitiga. Kenyataannya bentuk roda
adalah bundar, karena pengetahuan tidak sesuai dengan obyek maka dianggap
keliru. Namun saat dinyatakan bentuk roda adalah bundar dan terjadi kesesuaian,
maka pernyataan dianggap benar. Namun ada kebenaran yang bersifat absolut,
yaitu keyakinan (agama).
Pengetahuan yang benar
adalah pengetahuan yang sesuai dengan objek, yakni pengetahuan yang objektif.
Karena suatu objek memiliki banyak aspek. Maka sulit untuk mencakup keseluruhan
aspek (mencoba meliputi seluruh kebenaran dari objek tersebut).
Secara etimologi, filsafat
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu filo dan sofia. Filo artinya cinta
atau menyenangi, dan sofia artinya
bijaksana. Konon orang yang selalu mendambakan kebijaksanaan adalah orang-orang
yang pandai, orang yang selalu mencari kebenaran. Dalam mencari kebenaran ini,
mereka mendasarkan kepada pemikiran dan logika, bahkan berspekulasi. Hal ini
terjadi pada zaman sebelum ilmu berkembang. Hasil pemikiran mereka ini kemudian
menjadi tantangan bagi para ilmuwan selanjutnya dimana dalam menemukan
kebenaran lebih mementingkan penemuan-penemuan empiris. Logika bukan sebagai
metode untuk menemukan atau mencari kebenaran tersebut.
Melihat lahirnya ilmu
adalah karena ketidakpuasan para ilmuwan terhadap penemuan kebenaran oleh para
filosof, maka dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan bentuk-bentuk perkembangan
filsafat. Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu filsafat merupakan induk dari ilmu.
Pada dasarnya,
cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama, yakni sebagai
berikut:
· Filsafat
alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences). Ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok
lagi, yaitu ilmu alam (physical sciences)
dan ilmu hayat (biological sciences).
· Filsafat
moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial (social sciences).
Ilmu-ilmu sosial
berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Yang mula-mula berkembang
adalah antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik.
Selanjutnya, baik cabang-cabang ilmu alam maupun ilmu-ilmu politik
bercabang-cabang lagi sehingga sampai pada saat ini terdapat sekitar 650 cabang
keilmuan. Meskipun filsafat telah berkembang menjadi bemacam-macam ilmu, namun
filsafat sendiri tidak tenggelam, bahkan ikut berkembang pula seirama dengan
perkembangan ilmu. Dalam arti yang operasional, filsafat adalah suatu pemikiran
yang mendalam sampai ke akar-akarnya terhadap suatu masalah atau objek. Sesuai
dengan perkembangan filsafat dan pengertiannya, maka muncul berbagai macam
filsafat, antara lain filsafat alam (metafisika), filsafat ketuhanan
(theologia), filsafat manusia, filsafat ilmu, dan sebagainya.
Hamersma (1981: 10) mengatakan
bahwa filsafat merupakan pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang
seluruh kenyataan Jadi, dari definisi ini nampak bahwa kajian filsafat itu
sendiri adalah realitas hidup manusia yang dijelaskan secara ilmiah guna
memperoleh pemaknaan menuju “hakikat kebenaran”.
Sebenarnya, pengertian
tentang filsafat cukup beragam. Titus et.al (dalam Muntasyir&Munir, 2002:
3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, yaitu sebagai berikut:
1) Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
2) Filsafat
adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi (arti formal).
3) Filsafat
adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha
untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan
sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif).
4) Filsafat
adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris.
5) Filsafat
adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia
dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dalam memahami suatu
permasalahan, ada perbedaan tentang karakteristik dalam berpikir antara
filsafat dengan ilmu-ilmu lain. Mudhofir dalam Muntasyir&Munir (2002: 4-5)
mengatakan bahwa ciri-ciri berfikir kefilsafatan sebagai berikut :
1) Radikal,
artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau
substansi yang dipikirkan.
2) Universal,
artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan
berpikir kefilsafatan menurut Jespers terletak pada aspek keumumannya.
3) Konseptual,
merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya :
Apakah Kebebasan itu ?
4) Koheren atau konsisten (runtut).
Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya
tidak mengandung kontradiksi.
5) Sistematik,
artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling
berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6) Komprehensif,
artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha
untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7) Bebas,
artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan
merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka
sosial, historis, kultural, bahkan relijius.
8) Bertanggungjawab,
artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang-orang yang berpikir sekaligus
bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati
nuraninya sendiri.
Bahasa
Ilmu Alamiah
Bahasa ilmu alamiah
adalah bahasa yang utuh dari bentuk komunikasi universal. Bahasa alami adalah
bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media
kedua menggunakan auditori, visual, atau taktil stimuli (stimulus perasaan).
Berbahasa dan berpikir
merupakan ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Karena
memiliki keduanya, maka sering disebut manusia sebagai makhluk yang mulia dan
makhluk sosial. Dengan pikirannya, manusia menjelajah ke setiap fenomena yang
nampak bahkan yang tidak nampak. Dengan bahasanya, manusia berkomunikasi untuk
bersosialisasi dan menyampaikan hasil pemikirannya.
Dilhat dari fungsinya,
bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa
mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan,
tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantonim atau seni.
Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif
untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Dalam proses bahasa,
terdapat beberapa pandangan mengenai bahasa, yaitu sebagai berikut:
a) Teori
berdasarkan keberlanjutan
Bahasa adalah sangat kompleks
sehingga seseorang tidak dapat membayangkan ia muncul dari ketiadaan dalam
bentuk akhirnya tapi harus terlah berkembang dari system pra-linguistik awal di
antara leluhur pra-manusia kita.
b) Teori
Generatif Chomsky
Bahasa umumnya sebagai kemampuan
lahiriah yang tersandikan secara genetis, sementara teori-teori fungsionalis
melihatnya sebagai sebuah system yang besar secara kultural, yaitu dipelajari
lewat interaksi sosial. Menurut Noam Chomsky, manusia tidak mungkin belajar
bahasa pertama dari orang lain. Bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia,
karena:
a. Perilaku
bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), pola perkembangan bahasa
berlaku universal, dan lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam proses
pematangan bahasa.
b. Bahasa
dapat dikuasai dalam waktu singkat, tidak bergantung pada lamanya latihan seperti pendapat kaum
behaviorisme.
c) Teori
Michael Tomasello
Bahasa sebagai alat komunikasi
belajar sosial berasal dari komunikasi hewan baik isyarat primata atau
komunikasi vokal.
d) Teori
Rousseau, Herder, Humboldt
Bahasa berkembang dari
musik.
Berikut terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
1. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar
berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk
menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok
tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus
menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan
dalam perkembangan bahasannya.
2. Intelegensi
Anak
yang memiki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan
bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
3. Status
Sosial Ekonomi Keluarga
Beberapa studi tentang hubungan
antara perkembangan bahasa dengan hal ini menunjukkan bahwa anak yang berasal
dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya
dibandingkan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini
mungkin disebabkan oleh perbedaan atau kesempatan belajar (keluarga miskin
diduga kurang memperhatikan) perkembangan bahasa anaknya atau kedua-duanya
(Hetzer & Raindrorf dalam E. Hurlock, 1956).
4. Jenis
Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak
ada perbedaan vokalisasi antara laki-laki dan perempuan. Namun mulai usia dua
tahun, anak perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada anak
pria. Pada setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan kurang betul
tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya
kurang tepat dibandingkan dengan anak perempuan.
5. Hubungan
Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai
proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga,
terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh
berbahasa dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak
memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan
anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan
yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang keras\kasar, kurang kasih
sayang dan kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contohdalam berbahasa
yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami
stagnasi atau kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam
mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata
yang kasar atau tidak sopan.
6. Keinginan
Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk
berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak untuk belajar
berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan
untuk belajar.
7. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk
berbicara, dengan mengajaknya bicara dan didorong menanggapainya, akan semakin
awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
8. Ukuran
Keluarga
Anak tunggal atau anak dari
keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari
keluarga besar. Karena orang tua dapat menyisakan waktu yang lebih banyak untuk
mengajarkan anaknya berbicara.
9. Urutan
Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak
pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang
dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang
lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang lahir kemudian.
10. Metode
Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara
otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan didengar” merupakan
hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan
demokratis akan mendorong anak untuk belajar.
11. Kelahiran
Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya
terlambat dalam perkembangan bicaranya terutama karena mereka lebih banyak
bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka
miliki. Hal ini melamahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang
lain dapat memahami mereka.
12. Hubungan
dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan
teman sebayanya, dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota
kelompok sebayanya akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.
13. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik cenderung kemampuan berbicaranya lebih baik, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif.
Sumber:
http://alfarirorong.wordpress.com/
http://generasisambas.blogspot.com/2013/01/dasar-dasar-ilmu-alamiah-dasar_5650.html
http://ghufron-dimyati.blogspot.com/.../a1-1-ila-ariska-panca-indra-untuk.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebenaran
http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/05/teori-perkembangan-bahasa-anak.html
No comments:
Post a Comment
Ditunggu comment dari kalian, gratis :)