Pages

Saturday, November 1, 2014

Review IKD (Ilmu Kealaman Dasar)



Nama                     : Vebrian Noviasari
NIM                      : 201210370311299
Kelas                     : 3B
Mata Kuliah          : Ilmu Kealaman Dasar
Dosen                    : Tatak Mutaqin, M. Sc
Jurusan                  : Teknik Informatika
Tugas                     :  Review kuliah IKD (minimal 5 halaman) ditambah dengan literatur berkaitan dengan bahan perkuliahan.


Manusia adalah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya karena memiliki akal dan pikiran. Tetapi, akal tidak mampu berjalan sendiri tanpa adanya alat indera, karena alat indera merupakan sumber utama dalam mencari ilmu. Kedua hal ini saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Karena jika tidak ada akal, maka apa yang kita tangkap melalui indera tidak mampu dijadikan sebagai sebuah pedoman. Sedangkan tanpa indera, akal tidak mampu bekerja untuk berpikir karena tidak ada yang kita ketahui. Inilah alasan mengapa Allah memberikan indera dan akal kepada manusia sebagai penunjang kehidupan mereka.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil olah dari panca indera, yaitu dari yang kita lihat, dengar, dan rasakan sehingga dapat menjadi pengalaman dan akan menjadi ilmu jika memiliki sifat-sifat berikut:
·         Diakui secara universal
·         Harus memiliki keteraturan (tersusun secara sistematis)
·         Kebenaran dalam ilmu bersifat relatif (tidak absolut)
·         Terbuka


Kemampuan panca indera manusia juga memiliki keterbatasan, yaitu:
1.     Penglihatan
a.    Mata telanjang sulit mendeteksi jenis gerak yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
b.    Mata kita dapat memisahkan suatu pandangan lain lebih sering dari 10 x dalam satu detik.
c.    Kisaran penglihatan sangat terbatas pada ukuran partikel dan jarak penglihatan.
d.   Mata manusia tidak dapat memisahkan komponen-komponen warna.
2.      Pendengaran
Telinga manusia cukup peka terhadap gelombang suara berfrekuensi antara 16 sampai
20.000 hertz per detik. Getaran diatas dan dibawah frekuensi itu sangat sukar sekali untuk dideteksi.
3.   Pengecapan dan Pembauan
Pengecapan dan pembauan merupakan penginderaan yang bersifat kimia, terbatas dalam kisaran tertentu, dan tidak tergantung pada bantuan yang bersifat mekanis.
4.   Penginderaan Kulit
Indera ini dapat membedakan panas, dingin, dan tekanan secara relatif serta dapat mengukur panas secara kasar. Indera peraba tidak dapat membuat observasi secara eksak.
5.   Penginderaan Dalam (Deep Sensibility)
Penginderaan dalam termasuk beberapa indera, misalnya penginderaan otot daging dan sendi maupun penginderaan statis dan keseimbangan. Dengan penginderaan tersebut, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan untuk memperkirakan arah, jarak, bobot, dan tekanan, atau untuk mempertahankan keseimbangannya sehingga memberikan informasi yang keliru atau menghasilkan salah kesan dalam kondisi tertentu.
6.   Peningkatan Daya Penginderaan
Untuk meningkatkan daya observasi atau penginderaan, dapat dilakukan dengan:
a)      Latihan
b)      Kewaspadaan perlu ditingkatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh
c)      Instrumen harus dikalibrasi
d)     Pengecekan merupakan cara yang paling berhasil untuk menghilangkan kekeliruan-kekeliruan dalam pengamatan
e)      Eksperimen adalah penginderaan dalam kondisi yang dikontrol
f)       Penginderaan meliputi analisis dan sintesis
g)      Instrumen baru memungkinkan penginderaan baru
h)      Pengukuran merupakan keterampilan tersendiri

Kaum idealis meyakini bahwa pengetahuan sesungguhnya adalah hasil atau produk akal, karena akal merupakan seuatu kemampuan melihat secara tajam bentuk-bentuk spritual murni dari sesuatu yang melampau bentuk materialnya. Pengetahuan yang dihasilkan indera tidak akan pernah menjadi pengetahuan yang hakiki atau sebenarnya tanpa pernah membiarkan akalnya untuk menyusun pengetahuan yang memadai tentang apa yang dirasakan indera                    tersebut.
Menurut kaum idealis, pengetahuan adalah suatu bagian dari pemikiran manusia yang dikategorisasikan melalui alam yang objektif, yang mana itu ditangkap oleh indra manusia. Oleh karena itu, objek pengetahuan haruslah melalui idea-idea yang seluruh koneksitasnya bersifat sistematis.
Sedangkan ilmuwan yang lain seperti Plato menempatkan konsep “the idea of the good” ini sebagai sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam mengembangkan proses pendidikan. Ajaran filsafat Plato tentang idea memberikan keyakinan bahwa idea dapat meningkatkan kemampuan rasio manusia. Idea memiliki hubungan langsung dengan putusan-putusan rasio yang mengarah pada pembentukan sikap.
Plato juga sependapat dengan gurunya Socrates yang mengatakan bahwa pengetahuan yang diterima melalui panca indera mesti selalu berada pada ketidakpastian. Hal ini dikarenakan dunia materi hanyalah pantulan dari being yang lebih sempurna dan dalam realitasnya selalu tidak mencerminkan seluruh dari substansi yang sesungguhnya. Gambaran asli dari dunia idea manusia hanya dapat dipotret oleh jiwa murniya yang dalam banyak hal berkenaan dengan intelek manusia.
Idealisme berkeyakinan bahwa realitas sejati adalah dunia ruhaniah, bukan yang materi. Dengan kata lain bahwa yang hakiki adalah idea bukanlah panca indra. Apapun yang ditangkap oleh panca indra baik itu yang dilihat, diraba, dirasa, dan dicium , itu hanyalah sebatas itu saja. Sesuatu yang jelas dan pasti ialah apa yang berada dalam dunia idea.
Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, karena posisinya tidak tetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli yang memiliki watak asli dan konstan.
Berdasarkan ini semua, maka akhirnya Plato menyimpulkan bahwa pengetahuan berada dalam dua tingkatan, yaitu hipotesis dan kepastian absolut. Plato berpendapat, bahwa pengetahuan adalah kesadaran dunia idea manusia bahwa pengetahuan yang diajukan dan kesadarannya memiliki hubungan sistematis dengan keseluruhan ideanya tentang kebaikan yang mutlak sebagai prinsip tertinggi dalam kehidupan manusia.
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan terhadap objeknya. Misalnya ada sebuah pernyataan bahwa roda sebuah mobil berbentuk segitiga. Kenyataannya bentuk roda adalah bundar, karena pengetahuan tidak sesuai dengan obyek maka dianggap keliru. Namun saat dinyatakan bentuk roda adalah bundar dan terjadi kesesuaian, maka pernyataan dianggap benar. Namun ada kebenaran yang bersifat absolut, yaitu keyakinan (agama).
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan objek, yakni pengetahuan yang objektif. Karena suatu objek memiliki banyak aspek. Maka sulit untuk mencakup keseluruhan aspek (mencoba meliputi seluruh kebenaran dari objek tersebut).
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu filo dan sofia. Filo artinya cinta atau menyenangi, dan sofia artinya bijaksana. Konon orang yang selalu mendambakan kebijaksanaan adalah orang-orang yang pandai, orang yang selalu mencari kebenaran. Dalam mencari kebenaran ini, mereka mendasarkan kepada pemikiran dan logika, bahkan berspekulasi. Hal ini terjadi pada zaman sebelum ilmu berkembang. Hasil pemikiran mereka ini kemudian menjadi tantangan bagi para ilmuwan selanjutnya dimana dalam menemukan kebenaran lebih mementingkan penemuan-penemuan empiris. Logika bukan sebagai metode untuk menemukan atau mencari kebenaran tersebut.
Melihat lahirnya ilmu adalah karena ketidakpuasan para ilmuwan terhadap penemuan kebenaran oleh para filosof, maka dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan bentuk-bentuk perkembangan filsafat. Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu filsafat merupakan induk dari ilmu.
Pada dasarnya, cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama, yakni sebagai berikut:
·      Filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences). Ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok lagi, yaitu ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (biological sciences).
·      Filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial (social sciences).
Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Yang mula-mula berkembang adalah antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik. Selanjutnya, baik cabang-cabang ilmu alam maupun ilmu-ilmu politik bercabang-cabang lagi sehingga sampai pada saat ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuan. Meskipun filsafat telah berkembang menjadi bemacam-macam ilmu, namun filsafat sendiri tidak tenggelam, bahkan ikut berkembang pula seirama dengan perkembangan ilmu. Dalam arti yang operasional, filsafat adalah suatu pemikiran yang mendalam sampai ke akar-akarnya terhadap suatu masalah atau objek. Sesuai dengan perkembangan filsafat dan pengertiannya, maka muncul berbagai macam filsafat, antara lain filsafat alam (metafisika), filsafat ketuhanan (theologia), filsafat manusia, filsafat ilmu, dan sebagainya.
Hamersma (1981: 10) mengatakan bahwa filsafat merupakan pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan Jadi, dari definisi ini nampak bahwa kajian filsafat itu sendiri adalah realitas hidup manusia yang dijelaskan secara ilmiah guna memperoleh pemaknaan menuju “hakikat kebenaran”.
Sebenarnya, pengertian tentang filsafat cukup beragam. Titus et.al (dalam Muntasyir&Munir, 2002: 3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, yaitu sebagai berikut:
1)      Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
2)      Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
3)      Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif).
4)      Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris.
5)      Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dalam memahami suatu permasalahan, ada perbedaan tentang karakteristik dalam berpikir antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain. Mudhofir dalam Muntasyir&Munir (2002: 4-5) mengatakan bahwa ciri-ciri berfikir kefilsafatan sebagai berikut :
1)      Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
2)      Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jespers terletak pada aspek keumumannya.
3)      Konseptual, merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya : Apakah Kebebasan itu ?
4)      Koheren atau konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
5)      Sistematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6)      Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7)      Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan relijius.
8)      Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang-orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.

Bahasa Ilmu Alamiah
Bahasa ilmu alamiah adalah bahasa yang utuh dari bentuk komunikasi universal. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan auditori, visual, atau taktil stimuli (stimulus perasaan).
Berbahasa dan berpikir merupakan ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Karena memiliki keduanya, maka sering disebut manusia sebagai makhluk yang mulia dan makhluk sosial. Dengan pikirannya, manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak bahkan yang tidak nampak. Dengan bahasanya, manusia berkomunikasi untuk bersosialisasi dan menyampaikan hasil pemikirannya.
Dilhat dari fungsinya, bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantonim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Dalam proses bahasa, terdapat beberapa pandangan mengenai bahasa, yaitu sebagai berikut:
a)      Teori berdasarkan keberlanjutan
Bahasa adalah sangat kompleks sehingga seseorang tidak dapat membayangkan ia muncul dari ketiadaan dalam bentuk akhirnya tapi harus terlah berkembang dari system pra-linguistik awal di antara leluhur pra-manusia kita.
b)      Teori Generatif Chomsky
Bahasa umumnya sebagai kemampuan lahiriah yang tersandikan secara genetis, sementara teori-teori fungsionalis melihatnya sebagai sebuah system yang besar secara kultural, yaitu dipelajari lewat interaksi sosial. Menurut Noam Chomsky, manusia tidak mungkin belajar bahasa pertama dari orang lain. Bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, karena:
a.       Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), pola perkembangan bahasa berlaku universal, dan lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.
b.      Bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, tidak bergantung pada  lamanya latihan seperti pendapat kaum behaviorisme.
c)      Teori Michael Tomasello
Bahasa sebagai alat komunikasi belajar sosial berasal dari komunikasi hewan baik isyarat primata atau komunikasi vokal.
d)     Teori Rousseau, Herder, Humboldt
Bahasa berkembang dari musik.

Berikut terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
1.      Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasannya.
2.      Intelegensi
Anak yang memiki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
3.      Status Sosial Ekonomi Keluarga
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan hal ini menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh perbedaan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan) perkembangan bahasa anaknya atau kedua-duanya (Hetzer & Raindrorf dalam E. Hurlock, 1956).
4.      Jenis Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi antara laki-laki dan perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada anak pria. Pada setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat dibandingkan dengan anak perempuan.
5.      Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang keras\kasar, kurang kasih sayang dan kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
6.      Keinginan Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.
7.      Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara, dengan mengajaknya bicara dan didorong menanggapainya, akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
8.      Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar. Karena orang tua dapat menyisakan waktu yang lebih banyak untuk mengajarkan anaknya berbicara.
9.      Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang lahir kemudian.
10.  Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan didengar” merupakan hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.
11.  Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan bicaranya terutama karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Hal ini melamahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain dapat memahami mereka.
12.  Hubungan dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya, dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebayanya akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.
13.  Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan berbicaranya lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Sumber:
http://alfarirorong.wordpress.com/
http://generasisambas.blogspot.com/2013/01/dasar-dasar-ilmu-alamiah-dasar_5650.html
http://ghufron-dimyati.blogspot.com/.../a1-1-ila-ariska-panca-indra-untuk.html‎
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebenaran
http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/05/teori-perkembangan-bahasa-anak.html

No comments:

Post a Comment

Ditunggu comment dari kalian, gratis :)