Pages

Wednesday, May 18, 2016

Betapa Pentingnya Teman yang Baik



Dalam QS. Al-Furqan: 27 dijelaskan hari dimana orang yang zhalim menggigit dua tangannya, ini adalah suatu ungkapan atas penyesalan mendalam. Mereka berkata, "Jika dulu aku mengambil jalan bersama Rasulullah".

Bukan cuma percaya pada Rasulullah, tapi mereka mengatakan JIKA SAJA DULU AKU MENGAMBIL JALAN BERSAMA RASULULLAH.

Maksud kata 'jalan' adalah ketika hari akhir telah tiba, orang zhalim ini berada di sisi yang salah. Lalu ia lihat orang beriman berbaris menuju ke surga yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dan mereka seperti berkata,
"Kenapa saya tidak berada di sana?
Kenapa saya tidak ambil jalan itu?
Kenapa ketika saya masih hidup, saya tak ambil jalan yang bisa membawa saya ke surga?
Kenapa saya begitu bodoh tak ambil jalan itu?"

Ayat ini juga menyoroti perihal keimanan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: mencintainya, menghormatinya, merujuk padanya. Itu semua sungguh luar biasa, tapi itu saja tidak cukup.

Kita juga harus mengikuti jalannya.
Kita harus hidup dengan cara yang dicontohkannya.
Kita harus menerima segala yang diajarkannya, lalu diterapkan untuk gaya hidup kita.

Tidak cukup hanya dengan menghormatinya saja, bukti rasa cinta dan hormat kepadanya adalah ketika perintahnya lebih berarti bagi kita ketimbang apa yang ingin kita lakukan.

Orang zhalim ini berharap semasa hidupnya dulu dapat mengikuti gaya hidup yang dicontohkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan kemudian ia menyalahkan temannya: "Ya Allah.. Betapa buruknya nasibku ini. Andai saja tidak kujadikan 'orang itu' sebagai teman".

'siapa nama orang itu' = fulanan

"Saya bahkan tidak tahu siapa nama orang itu, tapi saya biasa menghabiskan banyak waktu bergaul bersamanya. Dialah yang bilang padaku:
Islam itu bodoh, tidak penting diikuti.
Ngapain kamu ikut bergaul bersama orang Muslim? Tinggalkan orang-orang bodoh ini, mereka tak paham tentang kehidupan.
Agama itu hanya untuk orang idiot.
Kamu pinter dikit dong!
"

Dan di akhirat nanti, dia bahkan tak akan ingat nama orang itu.

Ketika menyebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan ar-Rasul, berarti kita tahu siapa dia. Tapi ketika orang-orang zhalim menyebutkan teman yang biasa bergaul dengannya yang merupakan orang yang menyebabkan dia tak mengikuti gaya hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka ia tak bisa mengingat namanya, dan dia hanya menyebut 'fulan' yg artinya 'orang itu, entah siapa namanya'. Orang zhalim itu berharap tak pernah menjadikan 'fulan' sebagai temannya.

Dalam QS. 25: 29 dijelaskan 'orang itu membuatku tergelincir dan menyesatkanku dari Al-Qur'an setelah Al-Qur'an datang padaku'. Artinya, orang zhalim ini dulu dalam agama yang benar, bahkan ia dulu seorang muslim. Tapi ia tidak mengikuti gaya hidup yang dicontohkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ia diingatkan oleh temannya yang baik, ia juga sesekali diingatkan ketika khutbah, tapi ia tak peduli.

Di akhirat kelak, orang zhalim ini menyesal karena tidak dalam barisan yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang masuk menuju ke surga. Dia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari kejauhan.

Dan Allah memberikan kesempatan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berbicara. Disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan berbalik arah melihat orang zhalim ini yang sedang menyesal tak bersamanya.

Mereka mungkin berharap agar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan sesuatu untuk menyelamatkan mereka, karena kita tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dapat memberi syafa'at.

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata dalam QS. 25 ayat 30: "Ya Tuhanku, sesungguhnya 'kaumku ini' telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan." .


Yang disebut 'kaumku ini' dalam QS. 25: 30 adalah bagian dari umat ini yang tak peduli ajaran Al-Qur'an, tapi mereka sebut dirinya muslim. Muslim cuma namanya saja, muslim karena keturunan; cuma terlahir muslim.

Padahal Al-Qur'an ini dekat, mudah didapat. Tak perlu banyak upaya untuk mendapatkannya. Namun mereka menelantarkannya, mereka tinggalkan tanpa mempelajarinya.

Bayangkan yang bersaksi nanti adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia bersaksi untuk kaumnya yang tidak mempelajari Al-Qur'an dengan serius. Maka dari itu kita harus memahami Al-Qur'an dengan serius.

Kita memang seharusnya menyebarkan pesan yang memberi harapan dan optimisme, tapi kita juga harus jujur. Ini perkara keselamatan kita kelak, meskipun kita mau terima atau tidak.

Kita harus hidup dan terima kenyataan bahwa sesungguhnya hari akhir akan tiba.
Entah kamu peduli atau tidak, hari akhir pasti akan datang.
Kamu percaya atau tidak, hari akhir pasti akan datang.


Kamu puasa atau tidak di bulan Ramadhan, hari akhir pasti akan datang.
Kamu shalat atau tidak, hari akhir pasti akan datang.
Kamu patuhi perintah Allah atau tidak, hari akhir pasti akan datang.
Tidak ada jalan keluar.

Kamu mau memikirkannya atau tidak, tak akan mengubah kenyataan hari akhir pasti akan datang.
Dan kita kelak harus berdiri bertanggung jawab.

Yang kita miliki sekarang adalah Al-Qur'an dan apa yg telah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga sebagai sesama muslim maka kita harus berusaha untuk saling mengingatkan karena kita pastinya tidak ingin berada di sisi yang salah di hari akhir kelak.

Semoga Allah 'Azza wa Jalla menjadikan kita orang yg mengikuti jalan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hidup ini sehingga kita dapat berbaris bersamanya masuk menuju surga kelak. Aamiin Allahumma Aamiin.

(dinukil dari Betapa Pentingnya Teman yg Baik oleh Ust. Nouman Ali Khan)

No comments:

Post a Comment

Ditunggu comment dari kalian, gratis :)