Kali
ini saya akan membahas masalah berpakaian bagi muslimah. Karena beberapa hari
yang lalu, saya mendapat pertanyaan sekaligus pernyataan yang mungkin bagi
sebagian orang terdengar tidak begitu asing, namun masih terdengar asing di
telinga saya.
Saat
ini di Indonesia sering kali kita temui kebanyakan kaum perempuan yang menyatakan
bahwa dirinya beragama Islam, namun tidak melakukan apa yang seharusnya
diperintahkan dalam Islam. Khususnya dalam hal menutup aurat. Kita semua In
Shaa Allah telah mengetahui bahwa seorang perempuan yang beragama Islam
diwajibkan untuk menutup auratnya, yang mana aurat seorang perempuan adalah
seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan. Tapi dalam
kenyataannya, sebagian muslimah hanyalah membungkus badannya dengan
pakaian-pakaian yang ketat. Sekarang saya menyadari bahwa dulu saya seperti
tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak berhijab. Karena perbedaan di
antara saya dan orang yang tidak berhijab hanya terletak pada kepala. Dulu saya
sangat sering memakai celana jeans. Saya seorang muslim, tapi saya merasa
seolah tak ada bedanya dengan non-muslim. Aneh, tapi benar adanya. Bahkan
sampai sekarang pun kita masih sering melihat perempuan yang mengatakan bahwa
dirinya telah menutup aurat, padahal nyatanya yang kita lihat adalah mereka
dengan bangganya memakai hijab sebagai identitas seorang muslimah namun tetap menampakkan
lekukan-lekukan di tubuhnya. Astaghfirullaha’adzim.. Semoga kita bukan bagian
dari orang-orang tersebut.
Beruntunglah
bagi teman-teman yang dilahirkan dari keluarga yang agamanya sungguh luar
biasa. Memang setiap keluarga memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik
anaknya. Dan alhamdhulillaah saya tidak menyesal sama sekali karena dilahirkan
dari keluarga yang mungkin agamanya tidak luar biasa. Namun, saya yakin bahwa
Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Saat
ini saya bersyukur telah diberikan hidayah. Saya memberanikan diri mengambil
keputusan untuk berhijab syar’i, tanpa paksaan oleh pihak manapun, dan ini adalah
kemauan saya secara pribadi. Setelah berhijab syar’i, In Shaa Allah saya
berusaha untuk memperbaiki diri supaya bisa menjadi lebih baik lagi. Meski
terkadang lingkungan tidak begitu mendukung apa yang saya lakukan, tapi saya
selalu berusaha untuk tetap istiqamah dengan apa yang telah saya pilih. Karena
semakin kita mengetahui apa yang sebenarnya diperintahkan oleh Allah, maka semakin
kita menyadari betapa kurangnya ilmu yang kita miliki, semakin kita menyadari
betapa banyak kebodohan-kebodohan yang pernah kita lakukan.
Beberapa
hari yang lalu, ada salah seorang teman yang bertanya kepada sahabat saya
mengenai perubahan cara saya berpakaian. Dia bertanya, “Temen
kamu itu ikut apa sih? Ikut organisasi X ya??? Dulu aku sempat kenal, tapi gak
mengenal begitu jauh. Dulu dia sama kayak kamu gini, cuma bedanya ya dia pake hijab.”
Pertanyaan sekaligus pernyataan yang cukup singkat. Saat ini sahabat
saya memang belum berhijab, tapi saya yakin bahwa suatu saat dia akan berhijab.
Dari
pernyataan di atas, ada hal yang sedikit aneh menurut saya. Karena teman saya (penanya)
mengatakan bahwa dulu saya sama seperti sahabat saya, hanya saja saya
menggunakan hijab. Yang saya tanyakan adalah kenapa dia tidak langsung
mengatakan bahwa dulu itu saya sama seperti dia yang sekarang? Salah satunya
adalah sama-sama sering menggunakan celana jeans. Mungkin hal itu terjadi
karena kita sebagai sesama manusia lebih sering mencari-cari kekurangan orang
lain dibandingkan melihat dan menyadari atas kekurangan yang ada pada diri kita
sendiri. Selain itu, saya juga agak heran kenapa teman saya itu tidak langsung
bertanya kepada saya. Padahal kalau saja dia langsung bertanya kepada saya
tentang perubahan cara saya berpakaian, maka saya akan dengan sangat senang
menjelaskan alasan kenapa saya harus berubah. Saya ingin dia tahu bahwa saya
berubah bukan karena sebuah organisasi. Memang saat itu dia agak terkejut
karena tahu bahwa saya tidak mengikuti organisasi yang dia maksud. Bahkan ibu
saya pun tidak pernah memberi paksaan kepada saya untuk berhijab.
Beberapa
waktu yang lalu ketika saya menceritakan kepada ibu saya bahwa saya ingin berhijab
syar’i alias menggunakan khimar yang lebih lebar, beliau malah menceritakan
kembali tentang permintaan saya pertama kali saat ingin berhijab. Sudah cukup lama,
tetapi masih jelas di ingatan saya. Dulu sebelum masuk SMP, saya sudah ingin
berhijab. Hanya saja beliau enggan mengizinkan karena mungkin saya masih
terlalu dini untuk mengerti tentang kenapa seorang perempuan harus berhijab.
Padahal menurut saya, jika sudah dibiasakan sejak dini maka saya akan merasa lebih
terbiasa.
Beberapa
bulan yang lalu beliau hanya mengatakan bahwa beliau tidak pernah memaksa saya
untuk berhijab. Beliau yakin, sekarang saya pasti sudah mengerti karena sudah
cukup dewasa untuk memikirkan hal-hal seperti ini. Dan beliau tidak akan
melarang apapun keputusan saya jika itu bisa membuat saya lebih baik. Satu kata
yang ada di pikiran saya, BANGGA. Saya bangga memiliki seorang ibu yang begitu
bijaksana dalam menanggapi pemikiran anaknya. Saya bangga karena beliau mampu
menghargai keputusan saya. Mungkin tidak banyak ibu yang seperti beliau, tidak
banyak ibu yang membiarkan anaknya berani mengambil keputusan sendiri.
Saya
sadar bahwa saya tidak memiliki pengetahuan agama yang sangat banyak, tapi saya
tahu bahwa perempuan harus berhijab secara syar’i. Dan saya juga yakin bahwa
ada banyak perempuan yang memiliki pengetahuan agama lebih dalam daripada saya,
tetapi mereka belum mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka ke kehidupannya
sehari-hari. Banyak di antara mereka yang lebih memilih untuk terus mengikuti
perkembangan zaman dengan cara menggabungkan fashion masa kini dengan hijab,
dan mereka menyebutnya dengan istilah hijab
style. Even though we knew that hijab is hijab, and fashion is fashion. But there’s
no relation between syar’i and stylish. Bahkan sampai kapanpun hijab tidak akan pernah menjadi fashion.
Kita
memang patut bersyukur jika teman atau sahabat kita sudah berhijab. Tapi
alangkah baiknya jika mereka menggunakan hijab yang sesuai dengan syariat islam
sesungguhnya, yaitu berpakaian longgar (tidak ketat), tidak tipis, berkerudung hingga menutupi dada, tidak berpunuk unta,
sederhana, dan tidak bertabarruj. Karena tujuan berhijab sesungguhnya adalah
untuk menyederhanakan penampilan kita, sehingga berusaha agar kita tidak
menarik perhatian orang lain dengan apa yang sudah kita kenakan.
Life is process.
Tapi akankah proses untuk menuju kebaikan itu bisa berlangsung apabila kita
tidak berusaha untuk mencari hidayah Allah? Akankah kita terus menunggu tanpa
berusaha? Karena hidayah tidak datang dengan sendirinya jika kita tidak sungguh-sungguh
berusaha untuk mendapatkannya.
Saatnya
kita berubah untuk menjadi muslimah yang lebih baik. Berubah memang butuh
proses, proses itu butuh waktu. Waktu terus berjalan, jangan sia-siakan waktu
hanya untuk memulai. Mulailah dari sekarang. Let’s make a change!
“Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Aurat
tidak akan tertutup dengan dengan perangai baik, tidak akan tertutup dengan
lemah lembut, tidak akan tertutup dengan kata-kata baik, tidak akan tertutup
dengan shalat. Aurat hanya akan tertutup dengan pakaian yang sempurna. Berjilbab
tak berarti kita sempurna, tetapi ini adalah cara kita untuk berusaha
menyempurnakan cinta kepada Allah.
Sekian
pembahasan tentang cara berpakaian seorang muslimah, terimakasih untuk waktu
teman-teman yang sudah bersedia untuk membaca. Mohon maaf jika masih banyak
terdapat kekurangan pada tulisan ini, karena saya hanyalah manusia biasa. Yang salah
adalah murni berasal dari diri saya, dan kebenaran hanyalah milik Allah SWT.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh..
No comments:
Post a Comment
Ditunggu comment dari kalian, gratis :)