Pages

Thursday, March 6, 2014

Kalo Kamu Aliran Apa?

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Kali ini saya akan membahas masalah berpakaian bagi muslimah. Karena beberapa hari yang lalu, saya mendapat pertanyaan sekaligus pernyataan yang mungkin bagi sebagian orang terdengar tidak begitu asing, namun masih terdengar asing di telinga saya.

Saat ini di Indonesia sering kali kita temui kebanyakan kaum perempuan yang menyatakan bahwa dirinya beragama Islam, namun tidak melakukan apa yang seharusnya diperintahkan dalam Islam. Khususnya dalam hal menutup aurat. Kita semua In Shaa Allah telah mengetahui bahwa seorang perempuan yang beragama Islam diwajibkan untuk menutup auratnya, yang mana aurat seorang perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan. Tapi dalam kenyataannya, sebagian muslimah hanyalah membungkus badannya dengan pakaian-pakaian yang ketat. Sekarang saya menyadari bahwa dulu saya seperti tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak berhijab. Karena perbedaan di antara saya dan orang yang tidak berhijab hanya terletak pada kepala. Dulu saya sangat sering memakai celana jeans. Saya seorang muslim, tapi saya merasa seolah tak ada bedanya dengan non-muslim. Aneh, tapi benar adanya. Bahkan sampai sekarang pun kita masih sering melihat perempuan yang mengatakan bahwa dirinya telah menutup aurat, padahal nyatanya yang kita lihat adalah mereka dengan bangganya memakai hijab sebagai identitas seorang muslimah namun tetap menampakkan lekukan-lekukan di tubuhnya. Astaghfirullaha’adzim.. Semoga kita bukan bagian dari orang-orang tersebut.


Beruntunglah bagi teman-teman yang dilahirkan dari keluarga yang agamanya sungguh luar biasa. Memang setiap keluarga memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik anaknya. Dan alhamdhulillaah saya tidak menyesal sama sekali karena dilahirkan dari keluarga yang mungkin agamanya tidak luar biasa. Namun, saya yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Saat ini saya bersyukur telah diberikan hidayah. Saya memberanikan diri mengambil keputusan untuk berhijab syar’i, tanpa paksaan oleh pihak manapun, dan ini adalah kemauan saya secara pribadi. Setelah berhijab syar’i, In Shaa Allah saya berusaha untuk memperbaiki diri supaya bisa menjadi lebih baik lagi. Meski terkadang lingkungan tidak begitu mendukung apa yang saya lakukan, tapi saya selalu berusaha untuk tetap istiqamah dengan apa yang telah saya pilih. Karena semakin kita mengetahui apa yang sebenarnya diperintahkan oleh Allah, maka semakin kita menyadari betapa kurangnya ilmu yang kita miliki, semakin kita menyadari betapa banyak kebodohan-kebodohan yang pernah kita lakukan.

Beberapa hari yang lalu, ada salah seorang teman yang bertanya kepada sahabat saya mengenai perubahan cara saya berpakaian. Dia bertanya, “Temen kamu itu ikut apa sih? Ikut organisasi X ya??? Dulu aku sempat kenal, tapi gak mengenal begitu jauh. Dulu dia sama kayak kamu gini, cuma bedanya ya dia pake hijab.” Pertanyaan sekaligus pernyataan yang cukup singkat. Saat ini sahabat saya memang belum berhijab, tapi saya yakin bahwa suatu saat dia akan berhijab.

Dari pernyataan di atas, ada hal yang sedikit aneh menurut saya. Karena teman saya (penanya) mengatakan bahwa dulu saya sama seperti sahabat saya, hanya saja saya menggunakan hijab. Yang saya tanyakan adalah kenapa dia tidak langsung mengatakan bahwa dulu itu saya sama seperti dia yang sekarang? Salah satunya adalah sama-sama sering menggunakan celana jeans. Mungkin hal itu terjadi karena kita sebagai sesama manusia lebih sering mencari-cari kekurangan orang lain dibandingkan melihat dan menyadari atas kekurangan yang ada pada diri kita sendiri. Selain itu, saya juga agak heran kenapa teman saya itu tidak langsung bertanya kepada saya. Padahal kalau saja dia langsung bertanya kepada saya tentang perubahan cara saya berpakaian, maka saya akan dengan sangat senang menjelaskan alasan kenapa saya harus berubah. Saya ingin dia tahu bahwa saya berubah bukan karena sebuah organisasi. Memang saat itu dia agak terkejut karena tahu bahwa saya tidak mengikuti organisasi yang dia maksud. Bahkan ibu saya pun tidak pernah memberi paksaan kepada saya untuk berhijab.

Beberapa waktu yang lalu ketika saya menceritakan kepada ibu saya bahwa saya ingin berhijab syar’i alias menggunakan khimar yang lebih lebar, beliau malah menceritakan kembali tentang permintaan saya pertama kali saat ingin berhijab. Sudah cukup lama, tetapi masih jelas di ingatan saya. Dulu sebelum masuk SMP, saya sudah ingin berhijab. Hanya saja beliau enggan mengizinkan karena mungkin saya masih terlalu dini untuk mengerti tentang kenapa seorang perempuan harus berhijab. Padahal menurut saya, jika sudah dibiasakan sejak dini maka saya akan merasa lebih terbiasa.

Beberapa bulan yang lalu beliau hanya mengatakan bahwa beliau tidak pernah memaksa saya untuk berhijab. Beliau yakin, sekarang saya pasti sudah mengerti karena sudah cukup dewasa untuk memikirkan hal-hal seperti ini. Dan beliau tidak akan melarang apapun keputusan saya jika itu bisa membuat saya lebih baik. Satu kata yang ada di pikiran saya, BANGGA. Saya bangga memiliki seorang ibu yang begitu bijaksana dalam menanggapi pemikiran anaknya. Saya bangga karena beliau mampu menghargai keputusan saya. Mungkin tidak banyak ibu yang seperti beliau, tidak banyak ibu yang membiarkan anaknya berani mengambil keputusan sendiri.



Saya sadar bahwa saya tidak memiliki pengetahuan agama yang sangat banyak, tapi saya tahu bahwa perempuan harus berhijab secara syar’i. Dan saya juga yakin bahwa ada banyak perempuan yang memiliki pengetahuan agama lebih dalam daripada saya, tetapi mereka belum mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka ke kehidupannya sehari-hari. Banyak di antara mereka yang lebih memilih untuk terus mengikuti perkembangan zaman dengan cara menggabungkan fashion masa kini dengan hijab, dan mereka menyebutnya dengan istilah hijab style. Even though we knew that hijab is hijab, and fashion is fashion. But there’s no relation between syar’i and stylish. Bahkan sampai kapanpun hijab tidak akan pernah menjadi fashion.


Kita memang patut bersyukur jika teman atau sahabat kita sudah berhijab. Tapi alangkah baiknya jika mereka menggunakan hijab yang sesuai dengan syariat islam sesungguhnya, yaitu berpakaian longgar (tidak ketat), tidak tipis, berkerudung hingga menutupi dada, tidak berpunuk unta, sederhana, dan tidak bertabarruj. Karena tujuan berhijab sesungguhnya adalah untuk menyederhanakan penampilan kita, sehingga berusaha agar kita tidak menarik perhatian orang lain dengan apa yang sudah kita kenakan.

Life is process. Tapi akankah proses untuk menuju kebaikan itu bisa berlangsung apabila kita tidak berusaha untuk mencari hidayah Allah? Akankah kita terus menunggu tanpa berusaha? Karena hidayah tidak datang dengan sendirinya jika kita tidak sungguh-sungguh berusaha untuk mendapatkannya.

Saatnya kita berubah untuk menjadi muslimah yang lebih baik. Berubah memang butuh proses, proses itu butuh waktu. Waktu terus berjalan, jangan sia-siakan waktu hanya untuk memulai. Mulailah dari sekarang. Let’s make a change!

“Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Aurat tidak akan tertutup dengan dengan perangai baik, tidak akan tertutup dengan lemah lembut, tidak akan tertutup dengan kata-kata baik, tidak akan tertutup dengan shalat. Aurat hanya akan tertutup dengan pakaian yang sempurna. Berjilbab tak berarti kita sempurna, tetapi ini adalah cara kita untuk berusaha menyempurnakan cinta kepada Allah.



Sekian pembahasan tentang cara berpakaian seorang muslimah, terimakasih untuk waktu teman-teman yang sudah bersedia untuk membaca. Mohon maaf jika masih banyak terdapat kekurangan pada tulisan ini, karena saya hanyalah manusia biasa. Yang salah adalah murni berasal dari diri saya, dan kebenaran hanyalah milik Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

No comments:

Post a Comment

Ditunggu comment dari kalian, gratis :)